
Walau
eksistensinya tidak sama dengan hakikat, sesungguhnya; ‘Mengajar’ merupakan
titik tertinggi dari refleksi seorang insan dalam menuntut suatu ilmu
pengetahuan. Bagaimana tidak, orang yang mengajar sudah memiliki ketiga
komponem dari semuanya termasuk belajar dan mendengar itu sendiri. Tidak akan terbentuk
seorang pengajar tanpa belajar sebagaimana tak mungkin belajar seseorang itu
tanpa mendengar. Rasulullah Saw juga pernah berpesan bahwa haya ada tiga tipe
manusia yang beruntung atau meraih kemenangan dalam hidupnya. Ialah orang yang
mengajar, belajar dan mendengar.
Para Mahasiswa sering disibukkan dengan
aktivitas-aktivitas extern maupun intern. Namun tidak sedikit dari mereka yang
memagari dirinya dengan aktivitas positif lain dengan alasan untuk memperoleh
‘IP’ atau ‘IPK’ yang maksimal. Mereka memenjarakan diri dalam kecilnya dunia
yang mungkin hanya seluas meja belajar yang mereka kenakan. Sehingga tidak
jarang mereka menganggap lowongan Bimbel, Private atau Lembaga Belajar tertentu
seolah seperti kendala yang sangat tidak mensupport prestasi akademis.
Namun
ternyata realita berbicara berbeda. Sejarah menjadi bukti bahwa justru
mahasiswa yang menyempatkan dirinya dialam pengajaranlah yang lebih unggul.
Pertanyaan yang sering menuak biasanya; “Bagaimana
bisa ia memperoleh nilai yang bagus, bukankah ia sibuk mengajar disepanjang
hari..? Lantas kapan ia belajar mata perkuliahan…?”
Mengajar
disebuah Private, baik yang lembaga maupun personal ternyata sangat memberi
peran besar bagi seorang mahasiswa dalam pembentukan karakter. Bukan hanya
menggemblengnya menjadi mahasiswa berpenghasilan, aktif dan sosialis bahkan
yang demikian bisa membentuk mahasiswa itu sendiri terbiasa dalam ‘memanage’ waktu. Sehingga SKS yang
padat sekalipun bukan sebuah hambatan berarti mengingat semua bisa dikondisikan
dengan rapi dan disiplin.
Hampir
dari semua mahasiswa yang menyibukkan dirinya sebagai tenaga pengajar memiliki
prestasi akademis diatas rata-rata. Justru mereka yang duduk termenung di
kostlah yang memperoleh hasil yang jauh dari harapan. Sekalipun ianya belajar
terus menerus, secara logika ia tetap akan kesulitan melampaui mereka-mereka
yang mengajar disebuah Private.
Setelah
diselidiki, ternyata yang demikian benar adanya. Seorang mahasiswa biasanya
menjadi tenaga pengajar dibidang keahliannya. Ambillah contoh mereka yang
kuliah dibidang pendidikan Mate-matika (FKIP MTK atau Tarbiyah Mate-matika).
Mata kuliah yang mereka selesaikan disemester 1,2,3,4 dan seterusnya biasanya
tidak akan terjadi pengulangan materi disemester berikutnya. Jika disemester 3
mereka mempelajari ‘Integral’ sangat jarang jika disemester yang lain ia
membahas hal yang sama. Selain agar tidak terjadi tumpang tindih materi, Ini hal
yang dianggap wajar mengingat mereka dianggap sudah kompeten karena terbukti
mampu menyelesaikannya.
Akan
tetapi, justru dari sinilah titik masalah baru dimulai. Ibarat daun yang
berguguran mungkin seperti itulah peran keilmuan yang terlupakan jika sudah
tersalip zaman. Biasanya seorang Mahasiswa hanya mengulang keilmuan yang ia
ayomi dimasanya. Selain faktor malas terkadang kesulitan membagi waktu menjadi
aspek penting terlupakannya materi disemester sebelumnya. Sehingga ketika
keilmuan disemester silam tersebut dibutuhkan dibutuhkan dan dipertanyakan disemester yang jauh didepan, tentu ia akan
merasa asing bahkan tak jarang kewalahan. Sehingga mau tidak mau ia terpaksa
mengulang dan mengulang masa lalu yang relatif memakan banyak waktu.
Namun
itu semua tidak akan terjadi bagi para
mahasiswa pengajar. Disadari atau tidak, seorang mahasiswa yang demikian
ternyata mengulang dan merefres materi keilmuannya saat mengajar. Sejauh mana
perbedaan materi diperkuliahan, dunia Private tetap menjaga keilmuannya melauli
permintaan siswa-siswa yang tak jauh beda dari keilmuan yang ia dapatkan
sebelumnya. Sehingga tidak keliru jika dikatakan bahwa sebaik-baiknya belajar
adalah mereka yang mengajarkan. Karena didalam mengajar terdapat dua komponen
yakni belajar dan mendengar.
Titik
balik selanjutnya, tergantung mahasiswa itu sendiri dalam mengaktualisasikan
keilmuan diri. Perlu diketahui, tidak semua Mahasiswa eshak saja yang bisa
mengimplementasikan metode Private yang demikian. Namun jurusan teologi juga
tak kalah hebat jika ia mampu membaca kondisi lapangan. Diantaranya ia bisa
mereffres keilmuannya dengan menjadi guru TPA, pengajian, mengisi
ceamah-ceramah, berdiskusi dan masih banyak lagi. Semoga dengan terjaganya
suatu keilmuan dalan setiap karakter berdampak positif bagi kemajuan dan
kemasalahatan bangsa dan Negara. Insya Allah….