Seperti yang telah dituturkan, perempuan perkasa ini berdarah biru, ia berasal dari keturunan sultan. Ayahnya, Mahmud Syah, seorang laksamana. Kakeknya dari garis ayah, juga seorang laksamana Bernama Muhammad Said Syah putra Sultan Salahuddin Syah yang memerintah tahun 1530-1539. Sultan Salahhudin sendiri putera Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530), pendiri kerajaan Aceh Darussalam. Dilihat dari asal keturunannya darah militer berasal dari kakeknya sehingga jiwa patriotism mengalir di tubuhnya.
Pembentukan pasukan perempuan yang semuanya janda dan disebut dengan armada Inong Bale itu, khabarnya merupakan ide Malahayati. Maksudnya, agar para janda tersebut dapat menuntut balas kematian suaminya. Suami Malahayati sendiri gugur pada pertempuran melawan Portugis. Pasukan Inong Bale mempunyai benteng pertahanan dan sisa-sisa pangkalan mereka masih ada di Teluk Kreung Raya.
Pada tanggal 21 Juli 1599, dua kapal Belanda yang dipimpin dua bersaudara Coernelis de Houtman dan Fedrick de Houtman berlabuh dengan tenang di Aceh. Mereka tidak menduga Ketika Laksamana Malahayati menyerang dua kapal mereka. Dalam penyerangan itu, Cournelis de Haoutman dan beberapa anak buahna terbunuh. Sedangkan Fedrick de Haoutman ditawan dan dijebloskan ketahanan Kerajaan Aceh.
Penyerangan ini menggegerkan bangsa Eropa, terutama Belanda dan ini sekaligus menunjukkan kewajiban Laksamana Keumalahayati. Nama perempuan perkasa ini semakin harum tatkala Mahkamah Amsterdam menjatuhkan hukuman denda kepada Paulus van Caerden sebesar 50.000 gulden yang harus dibayar kepada Aceh. Denda tersebut adalah buntut Tindakan van Caerden Ketika datang ke Aceh menggunakan dua kapal, dan menenggelamkan kapal dagang Aceh serta merampas muatannya yang berupa lada. Usai melakukan aksinya, van Caerden lalu pergi meinggalkan Aceh.
Peristiwa penting lainnya selama Malahayati menjadi Laksamana adalah Ketika ia mengirim tiga utusan ke Belanda, yaitu Abdoelhamid, Sri Muhammad, dan Mir Hasan. Ketiganya merupakan duta-duta pertama dari sebuah kerajaan di Asia yang menjunjung negeri Belanda. Banyak catatan orang asing tentang Malahayati. Kehebatannya memimpin sebuah Angkatan perang Ketika itu, diakui oleh negara Eropa, Arab, China dan India. Namanya sekarang melekat pada kapal perang RI yaitu KRI Malahayati, nama kampus, nama Pelabuhan, nama jalan, nama rumah sakit dan sebagainya.
Aceh Woman Legend: Malahayati 🇹🇷 pic.twitter.com/LGgmRP0CpZ
— Aceh 🇮🇩🇹🇷🇵🇸 (@Aceh) X @Aceh