Banda Aceh – Wakil Duta Besar Republik Turkiye 🇹🇷, Reşat Uğur Karacan, bersama Cemal Şahin, melaksanakan ziarah ke kompleks pemakaman Bitai, Banda Aceh, Sabtu (16/8/2025). Rombongan didampingi Staf Khusus Gubernur Aceh Iskandarsyah Bakri, KPA Luwa Nanggroe Abusalam, serta Darlis Aziz, Ketua Alumni Turki.

Kompleks makam Bitai memiliki nilai sejarah penting. Di tempat inilah para tentara dan penasihat perang Kesultanan Turki Utsmani (Ottoman) dimakamkan. Mereka dikirim ke Aceh pada abad ke-16 oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar untuk membantu melawan Portugis di Selat Malaka.
Salah satu tokoh yang dimakamkan adalah Teungku Chik di Bitay, ulama sekaligus pejuang asal Ottoman. Para pasukan membawa keahlian militer, teknologi persenjataan, serta ilmu agama, dan sebagian menetap di Aceh hingga membentuk komunitas baru.
Kunjungan ini bertepatan dengan rangkaian peringatan 20 tahun MoU Helsinki (15 Agustus 2005) yang menandai babak baru perdamaian Aceh.
Dalam sambutannya, Karacan menegaskan pentingnya ikatan sejarah Aceh–Turki.
“Rakyat Aceh adalah saudara nenek moyang kami, dan mereka akan tetap menjadi saudara kami ke depan. Kita akan memperkuat kerja sama di bidang pendidikan, budaya, maupun ekonomi,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa hubungan erat antara Presiden Recep Tayyip Erdoğan dan Presiden Prabowo Subianto menjadi modal penting memperkuat kerja sama strategis Turkiye–Indonesia, termasuk dengan Aceh.
Selain berziarah, rombongan melakukan pertemuan dengan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Malik Mahmud Al Haytar, dan Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal. Pertemuan berlangsung hangat sebagai bentuk penghormatan dan silaturahmi, sekaligus membicarakan peluang kerja sama masa depan.

Cemal Şahin, Atase Kebudayaan Kedutaan Turki di Jakarta, juga mengunjungi makam ulama besar keturunan Turki, Baba Daud Arrumi, di Kampung Mulia; Kemudian bersilaturahmi dengan Rektor UIN Ar-Raniry, Prof. Mujiburrahman, dan jajaran rektorat, untuk membahas rencana kerja sama antara UIN Ar-Raniry dan Yunus Emre Institute dalam pengembangan pendidikan bahasa dan sastra Turki di Banda Aceh.
Momentum ziarah ke Bitai ini diharapkan menjadi simbol penghormatan atas jasa para syuhada Ottoman sekaligus memperkokoh kembali ikatan sejarah, persaudaraan, dan kerja sama strategis antara Aceh dan Turkiye di masa mendatang.